Kecewa keliling gili

Berhubung kami tiba agak siang maka kami mengikuti jadwal regular untuk berkeliling tiga gili, panas sih tapi jiwa petualangku menggebu-ngebu (halah, haha) jadilah kami memilih paket snorkeling yang umum (semacam paket on the spot gitu), harganya cukup terjangkau untuk tukang jalan kurang duit seperti beta ini, hehe. Jadi tempat kami mendaftar tadi berkerjasama dengan kru kapal lalu bergabung dengan tamu tempat lain kalau sudah terkumpul semua baru jalan. Kapal diisi sekitar 20an orang dari berbagai kota dan negara. Sebelum berangkat kaptennya bertanya dengan suara setengah berteriak “Halo, Indonesia Raya mana”, kami pun sebagai WNI mengacungkan tangan, wah kira-kira 50% WNI ada dalam boat.

Gili Meno dan Gili Air cukup dekat, dari Gili Trawangan saja sudah nampak pulaunya. Spot pertama kami pergi ke Gili Meno tapi hanya snorkeling karena sudah siang jadi tidak turun di Gili Meno. Aku kalau sudah ketemu laut, warbiasayaak amat sangat girang, tidak sabar melihat terumbu karang dan ikan warna-warni, maklum di kampung ketemunya pohon akasia sama sungai doangs. Dengan ekspektasi yang tinggi, aku pun menenggelamkan wajah eh ternyata terumbu karangnya tidak banyak dan tidak berwarna mana ombaknya agak besar, aku pun kecewa. Pemandu snorkeling mengajak agak ke tengah, oh rupanya ini patung yang tersohor itu, kumpulan patung berwujud manusia yang melingkar di dasar laut. Kalau yang pandai menyelam dan membawa gopro, nampaknya akan jadi aktivitas seru!

Nyebur laut langsung sehat
Spot snorkeling pindah ke lokasi lain, kali ini spot pencairan penyu dekat Gili Meno karena memang disana ada penangkaran penyu. Satu persatu nyebur ke laut dan saling tunggu karena arahan dari pemandunya demikian. Lalu kami diminta mengikutinya, tidak lama sang pemandu berteriak “Hey, there is one turtle here

Segerombolan manusia yang mengapung di laut pun menuju ke sumber suara. Aku melihat satu penyu kecil di dasar laut, para turis asing langsung menyelam untuk melihat lebih dekat. Pada spot ini, pemandu yang mencarikan penyu untuk kami jika ada langsung berteriak dan kami semua akan berpindah sesuai arah suara. Beruntung saat itu kami bisa melihat penyu yang besar, mungkin induk penyu kali ya.

Spot terakhir berlayar ke Gili Air, sebelum turun ke pulau, kami snorkeling  sekali lagi. Ombak sekitar Gili Air agak besar tapi tidak sebesar di Gili Meno sehingga snorkeling agak leluasa dan betapa bahagianya melihat ikan hilir mudik di bawah laut, ah akhirnya sesuai ekspektasiku, melihat terumbu karang yang banyak dalam berbagai bentuk dan gerombolan ikan. Kali ini snorkeling sangat berbeda, kebetulan memang di boat ada turis asal India mungkin karena lelah, dia hanya bergelayutan pada tali dari boat, yang memang untuk membantu yang sudah kelelahan berenang. Turis asal India tersebut sepanjang bergelayutan disana bernyanyi tiada henti, cocok sudah dengan kapten yang selalu “menyahut” karena memang hapal lagunya.

Aku pun mendekat “Wah, lagi aku lagi dimana? Lombok atau India?” lalu turis asal India tersebut menyahut “Hei, ayo bernyanyi bersamaku, ini lagu Bollywood

Aku tidak tau lagunya, lanjutkan saja bernyanyi, kami mendengarkan dengan hikmat” sahutku sambil tertawa
Ya memang benar, dia pun lanjut bernyanyi tiada henti sambil bersahutan dengan kapten boat. Baru kali ini pengalaman snorkeling dengan live music, hahahaha



Setelah semua penumpang boat selesai snorkeling, kami turun di Gili Air untuk istirahat dan sekalian bilas. Kebetulan kami (aku, tanteku dan sepupuku) mau menyeberang ke Pelabuhan Bangsal, rencananya akan naik lewat Gili Trawangan tetapi berhubung dari Gili Air juga bisa dan lebih dekat, maka kami putuskan tidak ikut kembali ke Gili Trawangan. Sungguh keberuntungan menghampiri kami, ada boat yang akan berangkat dan kebetulan belum penuh jadi kami bisa langsung berangkat tanpa menunggu.

Sebenarnya menyeberang dari Gili Air ke Pelabuhan Bangsal lebih murah daripada dari Gili Trawangan, namun pembelian tiket terakhir pada pukul 17.00 wita setelah jam tersebut sedangkan saat kami datang ke pelabuhan sudah pukul 17.30 wita, maka membeli langsung dengan kapten dan sedikit mahal tetapi harga tiket masih wajar kok.

Setiba di Pelabuhan Bangsal keberuntungan kembali berpihak, kami langsung mendapatkan taksi dari pelabuhan ke kota. Rupanya Kota Mataram itu jauh kali dari Pelabuhan Bangsal, aku merasa seperti sedang berada di Flores, jalan yang berkelok-kelok, kiri jalan bukit dan kanan jalan jurang dengan hutan hujan yang lebat. Tapi ini bukan Flores melainkan Nusa Tenggara Timur, yass aku sudah menginjakkan kaki di Lombok :)


Dermaga di Pelabuhan Bangsal

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Serunya masuk dalam novel Laskar Pelangi di Belitung Timur

Budget Liburan ke Bangkok, Thailand

Parasit pada Ikan yang Mirip tapi Tidak Kembar (Zoothamnium, Epistylis dan Vorticella)