Paginya daerah hostel masih sepi padahal jam sudah menunjukan sekitar
pukul 08.00 waktu setempat. Bukannya bergegas bersiap memulai pertualangan kita
malah berleha-leha, gulung-gulung di kasur sambil ngotak ngatik hape
masing-masing jadilah kita pergi waktu matahari mulai mendaki naik plus perut
kosong karena udah kesiangan, kami sepakat makan di pasar aja. Kami diantar
pihak hostel keluar komplek dan diturunkan di jalan raya utama, kata si bapak
kami cukup berjalan kaki sekitar 5 menit menuju stasiun BTS terdekat.
Setelah sekitar 15 menit berjalan, kami merasa dibohongi si bapak.
Katanya 5 menit, ini loh 3 lipatnya keluh kami sambil menaiki tangga Stasiun
BTS On Nut. Setiba di stasiun, kami semua kebingungan gimana beli tiketnya tapi
berbekal mengamati orang banyak, kami bisa kok. Mengekor banyak orang kami
turut menukarkan uang koin di loket penukaran koin lalu membeli tiket di mesin
yang sudah tersedia. Wuiih, mudah banget kok, asal kita tau stasiun terdekat
tempat yang kita kunjungi semuanya mudah bagai membalikan telapak tangan (haha
sombong), kami akan pergi ke Chatuchak Weekend Market dan stasiun terdekat
adalah Mo Chit. Sekitar kurang lebih 30 menit kami sudah tiba di Stasiun Mo
Chit, lalu berjalan sedikit saja udah nemu pasar yang kami tuju. Pasar ini
adalah tempat favorit pelancong karena murah dan banyak pilihan tapi sesuai
dengan namanya pasar ini adanya cuma waktu akhir pekan. Jam sudah menunjukan
waktu makan, tujuan pertama kami adalah mencari tempat makan, kebetulan di
pasar ini ada tempat makan halal dan juga ada petunjuknya kok jadi gampang
dicari plus makanannya enak dan murah, hehe.
 |
Chicken curry yang yummy |
Keliling-keliling di pasar ini gak ada habisnya ih bikin kaki pegel,
kebetulan nemu Cocunut Ice Cream jadilah aku tergiur, pas banget waktu itu lagi
puanaas poll. Barang di pasar ini emang murah kok bahkan bisa ditawar, tenang
beberapa pedagang bisa berbahasa inggris, minimal mereka bisa menyebutkan angka
udah aman dijamin transaksi akan lancar jaya. Tempat ini memang terbukti lokasi
favorit belanja soalnya kami sering melihat orang-orang hilir mudik membawa
koper maupun tas besar berhubung kita budget
traveler jadi kita sih banyak belanja mata aja, kita mah orangnya tau diri.
 |
Coconut ice cream yang menggiurkan di kala siang |
 |
Toping ice cream bisa pilih sendiri, asyiik kan? |
Berhubung kami udah capek muter-muter di pasar, kami mampir membeli
buah mangga di pinggiran jalan masuk pasar lalu beli sempolan ala Thailand dan
kembalilaaah roaming terjadi, si ibu yang jual sempolan agak sewot karena
mungkin dikiranya kita gak konsisten dan banyak maunya padahal maksudnya kami
mau saos dan sempolannya dipisah, hiks si ibu kok gitu sih. Kita duduk-duduk
ngelapak di Chatuchak Park sambil makan sempolan dan mangga. Duh, aku kok agak
kecewa sama mangganya, dalam pikiranku mangga Thailand itu semuanya masih dan
enak eh kok ini hambar, hiks hamba kecewa.
 |
Suasana Pasar Chatuchak yang bersih |
Setelah penat sedikit sirna, kami memutuskan pergi ke Siam Paragon
Mall, mall elit nan terkenal di Bangkok. Kami memilih naik BTS ke sana, mall
tersebut terhubung dengan Stasiun Siam jadi kami tinggal pergi ke stasiun tersebut,
perjalanan cuma 15 menit saja, BTS yang nyaman dan aman bikin perjalanan gak
kerasa mau selama apa pun. Kami masuk ke Paragon Mall, kami merasa ngembel
banget, orang-orang pada nenteng belanjaan dari brand ternama kayak Hermes, ZARA, Guci, dll. Eh kita nenteng kresek belanjaan pasar,
wkwkwk. Kita semua gak mampu belanja di Siam Paragon jadi kami memutuskan untuk
keluar mall karena keliatan banget “timpangnya” :D :D
Sebenarnya di bawah mall ada akuarium besar tapi tiketnya mahal jadi
kami memutuskan untuk lanjut ke China Town. Modal nanya ke Mbah Google, kami
memutuskan mencoba naik bus ekonomi untuk menghemat transportasi. Kami turun
menuju perhentian bus terdekat, tepat berada di bawah Stasiun Siam dan berada
diseberang McD. Sesuai blog yang kami baca, kami harus naik bus nomor 75 tapi
kok sejak lama gak ada yang lewat pada ada bus bernomor 75, kita dilarang masuk
jadilah bingung, Aurel pun berinisiatif bertanya ke warga lokal, mbak-mbak di
belakang kami jadi sasaran empuknya. Syukurlah si mbak paham bahasa inggris dan
kami disarankan naik bus 204. Fuiih, saran si mbak bener kok, kami tiba di
China Town dengan selamat.
China Town ternyata adalah pusat belanja juga, banyak toko maupun
pedagang yang menjual makanan, baju, oleh-oleh khas Thailand bahkan
barang-barang yang khas Cina juga ada. Bedanya kota ini adalah kampung Cina
sehingga banyak tulisan-tulisan Cina di plang tokonya sehingga kalau malam
tiba, kita seolah-olah berada di Hongkong bukan Thailand. Jujur aja ya, aku
teramat senang disini, banyak jajanan yang enak-enak terutama babi bakarnya
duuh bikin ketagihan, tempat ini surganya si tukang makan, hihi. Tapi sama
seperti tempat biasanya, pedagang disini tidak bisa berbahasa inggris jadi kita
harus menguasai bahasa Tarzan dengan
baik dan benar. Waktu beli babi bakar aja, kami dan si bapak pedagang sempat
ketawa-ketawa sendiri, bukan karena ada yang lucu tapi kami dan si bapak
ngomongnya gak nyambung, gak ada yang ngerti satu sama lain, haha
 |
Chicken Pad Thai |
Untungnya kami berada di tempat yang tepat waktu cacing di perut mulai
disko, banyak makanan pedagang kaki lima yang pas di kantong, soal rasa jangan
ditanya, enak kok! Kami memilih makan Padthai sambil menikmati sore menjelang
malam yang semakin ramai di Kampung Cina tersebut.
Klik untuk cerita seru lainnya selama ngebolang di Bangkok
Komentar