Susahnya nyari makanan halal di Asiatique The Riverfront
Sepanjang perjalanan,
aku sibuk mengamati sekelompok “Mbak” cantik yang duduk di depan, kegirangan dan luar biasa hebohnya.
Karena keasikan mengamati mereka jadi tidak mengamati jam, dari kejauhan sudah
nampak bianglala besar yang bercahaya di tepi sungai dan petugas pun segera
memberikan informasi bahwa boat akan tiba di Asiatique. Bukannya langsung nyari makan, kami malah
berfoto dulu berlatarkan keglamoran Asiatique dengan lampunya yang kelap-kelip.
Panorama di seberang mall terbuka ala pasar adalah sisi lain Kota Bangkok
dengan gedung-gedung tinggi khas perkotaan, pelataran samping Asiatique tempat
favorit untuk mengambil foto (dan tempat pacaran).
Kami semua merasa terselamatkan berada di Asiatique karena sejauh mata
memandang banyak pedagang makanan, tapi ya jangan sesekali jajan di restonya
bagi budget traveler itu sama aja bunuh dompet, mahal! Jadi kami tau
diri mencari pedagang gerobak, kami mencari yang harganya paling murah, “budget sekitar 50-100 BTH saja” begitu
kira-kira seru sang bendahara.
Lovers lock hag at Asiatique |
Nah dari kejauhan si Aurel melihat banner menu ayam dan nasi goreng
dengan harga 50 BTH. Kami celingak celinguk mencari tempat makan tersebut, pas
sudah dapat kami lalu mengurungkan niat karena perasaan kurang yakin soalnya
tidak seorang pun yang makan disana. Murah sih murah yaa tapi kalau gak enak
kan rugi (Prinsip budget traveler “hemat
tapi tetap untung dapat yang terbaik”).
Lalu kami berkeliling lagi, duh rata-rata harganya di atas 100 BTH. Akhirnya
kita menyerah, yasudah ambil yang 100 BTH juga tidak masalah, yang penting
makan, kira semua sudah mau pada pingsan dari siang belum makan. Ternyata tidak
mudah mencari makanan halal dan murah, sampai kaki kami mau lepas muter-muter
buat perut, sekalinya dapat yang 100 BTH ya menunya ada Pork.
Dengan langkah gontai, kami akhirnya terduduk di kursi depan kedai
masakan Jepang, harganya menggiurkan dan menunya pun terlihat enak. Hampir saja
kami masuk, untung Muna jeli, rupanya ada menu babi disana, harapan pun pupus
seketika. Dan kami pun sepakat keluar dari Asiatique, nyari makan di pinggir
jalan saja. Eh ternyata dekat gerbang ada KFC, kami semua kegirangan berasa
ketemu mata air di tengah padang gurun yang gersang. Pas mau mengantri, et dah
buset mahaaal kali,
harganya diatas 100 BTH. Aku dan Retha pun memilih makan di kedai jepang
tadi saja agar budget makan lebih hemat.
Aku masih menikmati babi panggangku saat Aurel dan Muna datang
menghampiri kami. Lalu Aurel menyerahkan beberapa koin ke Retha, kami pun
bertanya kok bisa ada kembalian. Ternyata mereka makan nasi dan ayam saja tanpa
minum, katanya kalau beli paketan dengan minum jauh lebih mahal. Untung waktu
itu aku memesan sebotol air mineral dan belum kuminum sama sekali, akhirnya
sebotol dibagi untuk tiga orang. Kisah traveler hemat yang sungguh dramatis,
haha
Menikmati malam di Asiatique
memberikan pengalaman yang berbeda, aku kira sebelumnya tempat ini adalah
tempat elit dan barangnya tidak akan sanggup kubeli tapi ternyata salah.
Beberapa toko bahkan harganya tidak jauh berbeda dengan di pasar tapi ya dasar
aku tau diri karena bawa uang cuma sedikit tidak ada tuh terpintas mau belanja.
Semakin malam mall terbuka ini semakin ramai, bahkan di resto-resto ada live
music yang bersahut-sahutan. Bianglala di depan kami amat menggoda tapi apa lah
daya keuangan menipis dan naik Bianglala tidak ada di RAB, jadilah kami hanya
jeprat-jepret dekat Bianglala.
Aku iseng membaca jadwal boat di papan informasi, eh ternyata ada boat
gratis dan boat tersebut tersedia sampai pukul 23.30 saja. aku pun segera mencolek
teman-temanku kalau ada boat gratisan disini tapi beroperasinya tinggal 1 jam
lagi karena mendengar gratisan, kami sigap mengedarkan mata mencari clue letak boat gratisan tersebut tapi tidak satupun petunjuk yang
kami dapatkan. Lalu salah seorang dari kami berinisiatif bertanya kepada
seorang petugas yang nampaknya adalah security atau semacamnya. Katanya kami
bisa naik boat yang di hadapan kami ini namun tidak seorang pun yang percaya
karena tidak ada tulisannya “Free Shuttle
Boat” lalu kami mengulang pertanyaan yang sama kepada petugas yang lain,
Ibu tersebut menunjuk boat yang sama lalu kami disuruh mengantri di sebelah
kiri. Ternyata ada 2 jalur antrian dan untuk boat gratisan ada tulisannya “Free Shuttle Boat” dan boat yang
ditunjuk petugas tadi ya memang boat gratisan, wkwkwk
Biang lala Asiatique yang tak ada di RAB |
Cihuuy tanpa menunggu lama dan hanya sekitar lima menit kami sudah
sampai di Sathorn Pier serta benar-benar gratiiiiiiiisssss! Sesuai dengan blog
yang kami baca, kami cukup menaiki tangga akan sampai di Stasiun BTS Saphan
Taksin, Sathorn Pier ini adalah dermaga central yang letaknya tepat di bawah
stasiun BTS. Kami pulang dengan BTS, namun sebelumnya kami harus ganti jalur
Shukumvit di Stasiun Siam. Kali ini kami tidak salah naik kok, udah pinter
karena pengalaman kemarin. Bahkan saat menunggu BTS, ada seorang turis asal
Cina yang bertanya kepada kami apakah benar ini BTS yang akan membawanya ke
Stasiun Nana. Kami
semua sombong dong dengan ala paduan suara serempak menjawab “Yes,
madam”
Oiya, kalau naik BTS gak perlu takut nyasar soalnya di balik kartu BTS
ada tertera peta jalur stasiun BTS jadi kalau mau ke stasiun apa tinggal liat
jalurnya, Silom Line atau Shukumvit Line. Mau ganti line tinggal turun di
Stasiun Siam lalu liat petunjuk arah aja, salah masuk? Ya turun aja, tinggal
ganti BTS gedung seberangnya.
Di dalam BTS juga ada informasi kok, ada suara Mbak-Mbak dari pengeras suara
yang akan menginformasikan tujuan stasiun selanjutnya, di televisi juga ada
tulisan informasi stasiun selanjutnya, serta di atas pintu juga ada lampu kelap
kelip yang menunjukan arah tujuan BTS. Lagi membayangkan ya? pasti mikirnya
ribet kan? Ya kalau dipikirin pasti ribet tapi kalau udah dijalanin gak seribet
kayak bayangan kalian kok.
Membeli tiket BTS tinggal pijit aja, mudah kok! |
Suasana di dalam BTS yang nyaman dan aman |
Jujur saja ya, tiba di depan pintu hostel, aku agak
trauma takut tragedi drama tadi malam belum tamat. Fuiih ternyata tidak kok,
Ibu yang tadi malam tersenyum ramah dan membukakan pintu untuk kami semua, aku
pun melengos berjalan menuju kamar tanpa membalas senyumnya. Aku masih sakit
hati euy.
Ada yang minat? :D |
Komentar