Bangkok: Wat Pho dan Wat Arun
Tanpa pikir panjang, plus matahari semakin tinggi. Kami lanjut menuju Wat Pho, tapi tidak satu pun petunjuk jalan terlihat untuk menuntun kami lalu kami putuskan bertanya kepada polisi wisata yang berjaga, ternyata kami salah arah, cuss langsung balik arah. Setelah sekitar 15 menit berjalan mengelilingi tembok pembatas istana yang kokoh serta menyusuri trotoar yang bersih, akhirnya tiba juga di Kuil Buddha tertua di Bangkok itu. Untungnya antrian tidak mengular, tiket yang kita beli sudah include air mineral dingin duh senangnya dapat gratisan, hehe.
Jendela yang megah di komplek Wat Pho |
Kuil ini buka dari pukul 08.00 sampai 18.30, fuiih syukurlah masih panjang jadi kami masih ada waktu berkeliling. Meninggalkan loket, kita akan disambut dengan kuil kecil dan beberapa wisatawan akan berhenti untuk berdoa, sstttt jalan pelan-pelan ya saat lewat agar tidak mengganggu. Setelah melewati kuil, pada sisi sebelah kanan kita akan melihat bangunan yang paling tersohor di tempat ini yaitu Reclining Buddha alias Patung Buddha Berbaring. Memasuki kuil ini, wajib melepaskan alas kaki tapi jangan khawatir sudah disediakan kok plastik untuk membawa alas kaki kita, awalnya aku bingung kenapa dikantongin begitu, ternyata jalan keluar dan masuknya berbeda. Sebelum masuk kuil ada petugas yang akan meminjamkan baju seperti kimono handuk bagi pengunjung yang menggunakan baju kurang bahan.
Patung Buddha Berbaring yang tersohor di Bangkok |
Sama dengan di Grand Palace, di dalam kuil padat merayap tapi aku tidak peduli karena seketika masuk langsung terperangah oleh Patung Buddha Berbaring setinggi 15 meter dengan panjang 46 meter. Perlahan kami menyusuri lorong sambil sesekali turut antri untuk berfoto dengan Patung Buddha Berbaring itu, ada tiga spot foto disini yaitu depan dan tengah dengan latar Buddha serta belakang dengan latar kaki Buddha yang dihiasi ukiran. Di balik patung Buddha, ada terdapat mangkok-mangkok yang dapat diisi oleh pengunjung dengan koin keberuntungan. Koin-koin tersebut nantinya akan dipergunakan untuk perawatan kuil.
Wat Pho juga memiliki seribu patung Buddha |
Usai mengagumi Reclining Buddha, kami mengelilingi komplek untuk menambah koleksi foto, hehe. Rupanya komplek ini cukup luas, bahkan Aurel sempat dehidrasi karena kami tidak banyak membawa stock air mineral saat itu (plus matahari lagi unyu-unyu). Dalam komplek Wat Pho, sangat banyak patung Buddha dan beberapa kuil yang sayang jika dilewatkan.
Salah satu kuil di dalam komplek Wat Pho |
Hari beranjak sore, kami mengejar waktu ke Wat Arun dan sepakat akan makan siang di pasar dekat dermaga (sesuai blog yang kami baca katanya ada makanan halal disana). Berbekal petunjuk dari Bapak penjaga pintu belakang Komplek Wat Pho, kami berjalan menyusuri trotoar menuju dermaga. Berbeda dengan trotoar sebelumnya, disini terlihat kurang bersih, yaa memang mungkin karena “hawa-hawa” pasar gitu. Setelah melewati resto-resto akhirnya kami menemukan Dermaga Tha Tien dan tulisan “Boat to Wat Arun”, lalu kami berbagi tugas 2 orang mengantri dan 2 orang mencari makan siang yang tertunda. Rupanya antriannya cepat berkurang, aku lalu mencari 2 temanku yang sedang mencari makanan. Duh bingung juga nyarinya gimana, secara beli kartu buat inet cuma satu lalu tidak satupun nomor mereka bisa ditelepon. Jadi lah aku mengikuti kata hati saja sambil memandangi tabletku, berjalan beberapa meter tabletku menangkap signal wifi wah berarti Aurel tidak jauh dari sini. Kuliat dari jauh kerudung bunga-bunga ciri khas Muna, yes ketemu, lalu kami bertiga berjalan menuju tiket boat eh Retha datang menyusul tanpa membawa tiket apapun. Ternyata setelah bayar kita harus langsung antri masuk dermaga jadi tidak bisa beli tiket duluan. Karena tidak satu pun kami menemukan makanan halal dan mengejar waktu, akhirnya kami kembali mengantri dengan personil lengkap. Dari seberang Sungai Chao Praya sudah terlihat jelas bangunan cantik yang menjulang tinggi, wah itu pasti Wat Arun pikirku.
Wat Arun dari seberang sungai Chao Praya |
Pukul 16.00, kami sudah tiba di seberang sungai, hanya berjalan beberapa meter ada tulisan pembelian tiket. Karena kami datang kesorean jadi pedagang disana sudah menutup lapaknya, padahal katanya disini barang murah-murah dan beberapa pedagang bisa berbahasa Indonesia plus mau menerima rupiah, emang bener yee kata emak “kalau bangun kesiangan nanti rezekinya dipatok ayam”, yaa ini sudah buktinya. Huhu. Tapi syukurnya kuil belum tutup serta kuil tidak terlalu luas, sehingga kami masih punya kesempatan untuk berkeliling. Kami berkunjung ke Bangkok sepertinya bertepatan dengan bulan perawatan massal, Kuil Wat Arun sedang dalam perawatan, seharusnya kami bisa menaiki tangga sampai menara tertinggi dan menikmati panorama kota Bangkok dengan Sungai Chao Praya tapi apa ada jalan dipalang dengan kayu karena ada renovasi atau semacamnya. Gaya arsitektur di kuil ini agak berbeda dari Wat Pho maupun Grand Palace, bangunan berbentuk menara meruncing setinggi kurang lebih 70 meter dengan diselimuti kaca berwarna dan porselen tiongkok. Menikmati matahari tenggelam aktivitas yang cukup menyenangkan apalagi bagi para penggila fotografi, matahari akan perlahan turun dari balik kuil, wuiih cantik.
Puncak Wat Arun yang tidak dapat digapai |
Berhubung lapak pedagang pada tutup, kami pun gagal makan lagi lalu duduk berdiskusi di tempat minum dekat dermaga hanya sekedar mengusir dahaga dengan pink milk, lumayan keisi air kali bisa kenyang, haha. Setelah diskusi yang tidak terlalu alot plus hasil baca-baca blog orang, kami memilih pergi ke Asiatique saja dan kami pun sok tau mengekor segerombol pengunjung yang nampakya sedang mengantri entah kemana, lagi pula Retha telah menguping salah satu pelancong yang tadi bertanya arah ke Asiatique sama tukang warung, yaa kami pede saja ikut antri dan ternyata tidak salah kok, Boat Express Chao Praya membawa kami ke tempat tujuan yang dimaksud. Baca lanjutan pertualangan kami di Asiatique KLIK
Wat Arun yang megah dan anggun |
Matahari perlahan turun dari balik bangunan komplek Wat Arun |
Jam operasional*:
Wat Pho : 08.00 - 18.30 waktu setempat
Wat Arun : 07.30 - 17.30 waktu setempat
*berdasarkan pengalaman jalan pada Januari 2018
Komentar