PALIAT: makanan gurih dari Banua Saraba Kawa


Mari mencicipi makanan ke Banua Saraba Kawa, yaitu Kabupaten Tabalong. Kali ini aku icip-icip makanan khas kota Tanjung. Percaya gak percaya, aku lahir dan dibesarkan di Tanjung tapi tidak pernah tau apa kuliner disini. Baiklah, aku bukan tour guide yang baik di kota kelahiranku sendiri, jadi kalau ada wisatawan datang untuk mencoba makanan khas disini mungkin aku akan membawa mereka ke “wong solo”, haha

Tapi itu hanya khayalan masa dulu, sekarang aku sudah tau makanan khas kota Tanjung dan sudah pernah (sekali) mencobanya. Kata orang, tidak ke Tanjung kalau belum makan Paliat (berarti selama 21 tahun aku tidak pernah ke Tanjung dong? Lhoh bagaimana bisa? Sedangkan aku lahir disini kok, jadi menurutku pepatah itu kurang tepat untukku). Bermula dari rasa penasaran bercampur malu karena tidak pernah makan makanan khas kota kelahiran maka aku berkunjung ke sebuah rumah makan yang menyediakan paliat di rumah makan “PALIAT” di terminal Mabuun, Tanjung. Kita akan disambut dengan pelayan yang menggunakan seragam sasirangan yang sama dengan meja di rumah makan tersebut. Aku memilih duduk di lantai dasar, sedangkan lantai 2 merupakan ruangan ber-AC. Berhubung datang terlalu siang jadi hanya tersisa udang dan patin, dengan cepat aku memilih udang. Di dinding rumah makan tersebut, terdapat foto yang mewakili Tabalong dan surat serta sertifikat yang menyatakan bahwa paliat disitu aman dikonsumsi.

Aku tidak perlu menunggu lama makanan tersaji karena kita tidak perlu menunggu paliatnya dimasak dulu, paliat tidak disajikan dalam keadaan panas. Paliat berasal dari kata kelapa dan liat (lekat) yang artiya santan kental jadi dari artinya saja sudah pasti makanan ini bersantan. Paliat terbuat dari ikan segar, santan kental, limau kuit, serta banyak kunyit (90%). Setelah menghirup kuahnya, gurih santannya pun langsung terasa kemudian diikuti sedikit rasa asam dari limau kuit lalu dipadu dengan kunyit, ternyata enak loh :D. Ini panampakan dari paliat tersebut:


Gambar di atas adalah paliat udang dan ditambahkan sedikit daging ikan patin di tengahnya. Paliat disajikan dengan lalapan daun singkong dan batang tanaman air, serta dilengkapi dengan sambel. Nasinya menggunakan besar putih unus yang merupakan salah satu beras asli banjar. Kurasa  makanan ini memang sangat mewakili Kalimantan Selatan, karena cita rasanya banjar banget. Tetapi karena bersantan, makanan ini tidak baik kalau terlalu sering di konsumsi oleh penderita kolesterol kalau hanya sesekali tidak apalah icip-icip namun jangan lupa sayurnya dilahap juga ya dan bisa juga didampingi minum jus agar kolesterolnya tidak berlebihan.

Bagi yang (nyasar) liburan ke Tanjung, boleh deh coba Paliat dulu sebelum pulang. Berbagai macam ikan masak paliat disediakan di rumah makan PALIAT, seperti: udang, patin, pipih, dll. FYI: seporsi paliat udang seharga Rp. 65.000 (udang memang mahal di Tabalong), nasi putih Rp. 5000, dan teh es manis Rp. 3000.
Salam kuliner :)

Komentar

Anonim mengatakan…
mau makan paliat lagi
Enas Nasrudin mengatakan…
keren, nais info, kyknya enak..

Postingan populer dari blog ini

Budget Liburan ke Bangkok, Thailand

Parasit pada Ikan yang Mirip tapi Tidak Kembar (Zoothamnium, Epistylis dan Vorticella)

Serunya masuk dalam novel Laskar Pelangi di Belitung Timur