Demi kamu, aku kembali ke Pulau Flores
Jangan pake baper, cerita kali
ini tidak se-romantis judulnya kok, haha
Seharusnya November lalu sebelum ke Labuan Bajo, aku mampir dulu ke rumah sahabatku di Pulau Adonara kemudian barengan ikut overland trip dari Ende ke Labuan Bajo tapi karena saat itu dia baru masuk bekerja maka tidak memungkinkan mengambil cuti panjang, dan saat itu penerbanganku dari Banjarmasin ke Ende dibatalkan karena Bandara Denpasar ditutup sementara sebab erupsi Gunung Agung (kalau ingat ini serius jadi syediihh, hiks). Nah Agustus lalu aku menepati janji yang tertunda (kata papahku, janji adalah hutang jadi mesti dilunasi) dengan menempuh perjalanan darat dan udara yang panjang ke Pulau Flores. Iya, demi menepati janji yang tertunda aku kembali menginjak Pulau Flores, cihuuuyyy
Berhubung kali ini aku bercita-cita menginjak Pulau Flores dari timur ke barat, maka aku harus pintar memangkas pengeluaran (maklum yah, kita tukang jalan pas-pasan :D). Demi irit, aku pun memasak sesubuhan demi bekal makan siang saat transit di Juanda nanti, hehe mayan kan ya daripada beli jajan di bandara mahal euy
Perjalananku kembali ke Flores cukup mulus, walaupun naik maskapai berbiaya rendah tapi saat itu semua keberangkatan hampir on schedule, ada delay dikit sih, sekitar 10 menit dari Surabaya ke Kupang, ah dikit ini kan ya. Setiba di Kupang, aku dijemput oleh Kakak Kris (kakak Fina), diajak muter-muter kota Kupang, melewati jembatan dengan jurang yang dalam pake banget, katanya disana tempat favorit orang bunuh diri, hiiy aku pun langsung merinding.
Namanya aku tukang makan ya, kutanyalah apa kuliner khas Kupang, Kak Kris menjawab “Disini paling terkenal makanan dari daging, Ade. Daging babi, terutama Sei Babinya”
Aku langsung tergiur tapi kuurungkan untuk berburu kuliner khas Kupang itu, aku lebih memikirkan mandai yang kubawa dari rumah untuk mengobati rindu temanku akan Kalimantan, aku harus buru-buru pulang pikirku. Kak Kris menawarkan berkeliling lebih jauh langsung kujawab dengan logat Flores yang terbata-bata “Tidak Kakak, ini Fina pu makanan harus segera masuk kulkas, kita pulang saja”
Malamnya Kak Kris berkali-kali mengingatkan aku agar memasang alarm, “Besok pergi jam setengah lima, kasih pasang alarm, jam empat harus su bangun”
Aku cuma tersenyum ragu, ah pasti mengerti kan ya, mana yakin aku bisa bangun sesubuh itu.
Subuh telah datang dan ternyata benar, alarm sudah berbunyi tapi kuanggap mimpi. Ketika aku sadar sudah pukul 04.15. Aku langsung lari ke kamar mandi, cukup cuci muka saja, lalu aku ketok kamar Kak Kris, Ade yang tidur sekamar denganku pun ikut membantu membangunkan. Untungnya tidak perlu menunggu lama, sudah pukul 04.40 wita, kami buru-buru kasih lari laju motor menuju bandara. Sesampainya di bandara, tidak perlu pakai basa-basi, aku langsung lari menuju counter check in. seperti biasanya kalau terlambat pasti dimarahi petugas bandara, pesawat pukul 06.10 tapi aku baru datang pukul 05.20, iya sebentar lagi boarding tapi untung masih boleh check in. Setelah dapat boarding pass, aku langsung ke ruang tunggu, lari menuju petugas bandara bertanya apakah pesawat tujuan Larantuka sudah boarding, syukurnya belum karena pesawat tujuan Surabaya belum berangkat menunggu seorang bapak yang belum naik pesawat karena kehilangan tasnya. Fuiih selamat tidak diomelin petugas boarding dan diplototin penumpang satu pesawat. Hehe
Walaupun aku bukan manusia yang dengan mudahnya bangun pagi, aku tetap nekat mengambil penerbangan pagi ke Larantuka karena aku tidak mau mandai yang kubawa berubah rasa. Setiba di Bandara Larantuka yang tidak luas, saat turun pun aku bisa melihat dengan jelas gedung ruang kedatangan yang seukuran rumah.
“Waw, aku tiba di Larantuka, tempat dimana perayaan paskah yang tersohor” benakku bangga
Cukup lama lah aku menunggu Fina datang dari seberang pulau, tetapi tidak apa karena ada bapak tukang ojeg yang mengajakku
Komentar