Napak tilas kisah Laskar Pelangi dalam Museum Kata Andrea Hirata

Setelah tiba di depan Museum Kata, kami berubah pikiran, ah main ke Kampoeng Ahok dulu aja lah. Gass motor mengikuti petunjuk google map sekitar 10 menit, walaupun sempat keterusan di pertigaan jalan. Eh, di pertigaan jalan itu, ada vihara kecil yang kece deh, bisa lah mampir sebentar nambah pengalaman mengunjungi vihara, hehe

Aku pikir Kampoeng Ahok itu semacam museum tentang sosok Ahok, ternyata merupakan toko souvenir dan makanan khas Belitung yang terletak di depan dan di samping rumah keluarga Basuki Tjahaja Purnama yang lebih dikenal dengan Ahok (namun sekarang beliau sudah tidak menggunakan nama Ahok tetapi BTP). Di balik pagar setinggi kurang lebih 2 meter itu terdapat rumah besar bertingkat dua yang nampak seperti persegi sama sisi. Memasuki pagar tersebut ada security yang berjaga, kami pun dipersilahkan langsung masuk saja, tapi sepulang dari Galeri Daun Simpor aku keukeuh mengisi nama di buku tamu walaupun tidak disuruh oleh security, buahahaha. Berbagai macam makanan khas, souvenir dan kain yang dijual di Galeri Daun Simpor maupun rumah panggung merupakan hasil tangan kreatif dari UKM di Desa Lenggang, jika beruntung pengunjung bisa juga melihat proses pengolahan batik Belitung maupun berfoto dengan keluarga BTP jika mereka sedang berada di rumah.

Rumah panggung di depan rumah keluarga BTP
Rumah keluarga BTP di Belitung Timur

Beranjak dari Kampoeng Ahok (kini berganti nama menjadi Kampoeng Fifi) sekitar 5 menit, kami kembali berada di depan Museum Kata Andrea Hirata, museum dengan warna cerah itu sangat mudah dikenali. Museum ini merupakan museum sastra pertama di Indonesia, warna-warni warna cerah sangat instagramable. Kutipan-kutipan inspiratif dari novel-novel Andrea Hirata, cuplikan foto film Laskar Pelangi, barang-barang yang digunakan saat shooting Laskar Pelangi membuat pengunjung sepeti napak tilas kisah Laskar Pelangi, setiap ruangan menunjukan satu karakter tokoh dalam Film Laskar Pelangi. Paling seru melihat novel karya anak bangsa yang diterjemahkan dalam berbagai bahasa, sambil berkomentar “ih ini covernya pakai adegan yang ini, eh ini sama nih covernya”, duh monmaap jiwa netijen yah

Pantun selamat datang yang menyenangkan di loket masuk
SAMUDERA KERINDUAN. Duh, berat, berat
Setiap ruangan di museum sangat instagramable

Pada bagian belakang, ada warung kopi yaitu Warkop Kupi Kuli, ruangan ini menghadirkan suasana jadul dengan tungku dan ketel jadul untuk memasak air, meja kursi kayu, radio jaman dulu dan ragam barang jadul lainnya. Bagi pencinta kopi akan menjadi pengalaman seru, menyeruput kopi khas Belitung di dalam museum, berhubung aku tidak suka kopi ya cuma numpang foto aja deh

Warkop jadul dalam museum
Berjalan sedikit jauh ke belakang terdapat sebuah bangunan yang nampak seperti sekolah, berasa lagi di SD Muhammadiyah Gantong tapi ini lebih bagus. Di dekat bangunan ini terdapat pohon buah hutan, namanya Rukem, buah bulat berwarna ungu seukuran kelerang, rasanya asam seger gitu dimakan bareng kulit luarnya.

Rukem, buah hutan yang kecut menyegarkan

Pada bagian lain merupakan bangunan semi outdoor, masih dengan konsep penuh warna berisikan berbagai literature. Setiap tembok menarik dibaca dalam 2 bahasa, inggris dan Indonesia, walaupun ada beberapa tembok yang masih bertuliskan “under construction” tapi ini bisa jadi alasan untuk kembali, hehe melihat kata-kata yang baru. Museum Kata memang penuh dengan kata-kata, bukan hanya milik Andrea Hirata juga ada penulis lainnya. Museum yang bertaburkan kata-kata mutiara ini sangat menginspirasi dan memotivasi, rupanya Andrea Hirata ingin mengajak kita bermimpi dan melihat dunia dengan caranya.

Salah satu literature di tembok bangunan semi outdoor

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Budget Liburan ke Bangkok, Thailand

Serunya masuk dalam novel Laskar Pelangi di Belitung Timur

Parasit pada Ikan yang Mirip tapi Tidak Kembar (Zoothamnium, Epistylis dan Vorticella)