Optimis atau Pesimis??
Biasanya siih harus optimis dalam segala hal agar hasil yang diinginkan maksimal, tapi kadar optimisku biasanya berlebihan kalau sudah bertekat optimis lalu jika yang diharapkan tidak sesuai dengan hasilnya maka alhasil optimisnya membantingku menjadi kecewa dan kesal. Parahnya lagi kesalnya ini lama baru sembuh, karena tercampur dengan kecewa yang berlebihan (kecewa optimal ceritanya) membuat semangat yang tadinya lebih tinggi dari bintang jadi terhempas hanya setinggi pohon cabe >.<
Kalau sudah begini, bangkitnya susah. Nyari semangatnya itu lo penuh perjuangan jadinya aku harus kasih sugesti semangat dari awal lagi akibatnya yaa pekerjaan yang harusnya segera diselasaikan jadi tertunda karena atmosfir semangatnya menipis. Kalau cerita sama teman atau pacar atau orang tua atau keluarga paling jawabannya gini aja "ya sudah mungkin itu yang terbaik, yang pentingkan sudah usaha bersyukur aja" ato bilang "aku tau kok apa yang kamu rasakan".
Memang ada benarnya kata Raditya Dika dalam bukunya yang berjudul cinta brontosaurus "Bagaimana besarnya masalah kita, orang lain akan tetap berjalan maju. tidak ada yang memahami kita. walaupun kita sudah bercerita, tapi tetap saja mereka tidak benar-benar tau apa yang kita rasakan karena mereka tidak ada dalam posisi kita" jadi sebesar-besarnya topan badai dalam diri kita saat ini. The world will keep on moving, and i will keep on standing. Maka hal pertama yang harus aku lakukan adalah berusaha melupakan kekecewaanku akibat optimisku yang optimal dan berusaha berjalan maju menyusul orang-orang di depanku.
Solusi untuk menghindari kecewa akibat optimis yang optimal biasanya aku lebih pesimis dalam segala hal, tapi kalau hasilnya sesuai dengan kepesimisanku pasti dalam benakku berkata "tu kan bener kaya gini akhirnya, ah sudah bisa aku tebak endingnya" jadi kesimpulannya adalah menyesal akibat pesimis yang sudah ditanam sejak awal.
Kalau begini jadinya harus gimana? pesimis aja atau tetap optimis?
sepertinya aku harus menjadi jalan tengah atas krisis percaya diri akibat ulahku sendiri (maklum terlalu kreatif :p), sebaiknya aku harus pasrah tapi bukan berarti pesimis tapi pasrah kepada Tuhan jadi apa pun hasilnya akan ku terima namun sebelumnya berdoa dulu biar dikasih ketabahan dan kesabaran atas apa pun hasil yang diterima dan yang dikasih Tuhan..
Solusi untuk menghindari kecewa akibat optimis yang optimal biasanya aku lebih pesimis dalam segala hal, tapi kalau hasilnya sesuai dengan kepesimisanku pasti dalam benakku berkata "tu kan bener kaya gini akhirnya, ah sudah bisa aku tebak endingnya" jadi kesimpulannya adalah menyesal akibat pesimis yang sudah ditanam sejak awal.
Kalau begini jadinya harus gimana? pesimis aja atau tetap optimis?
sepertinya aku harus menjadi jalan tengah atas krisis percaya diri akibat ulahku sendiri (maklum terlalu kreatif :p), sebaiknya aku harus pasrah tapi bukan berarti pesimis tapi pasrah kepada Tuhan jadi apa pun hasilnya akan ku terima namun sebelumnya berdoa dulu biar dikasih ketabahan dan kesabaran atas apa pun hasil yang diterima dan yang dikasih Tuhan..
Komentar