Kecewa terobati oleh Gili Kedis

Malamnya di Mataram, kami disamperin oleh istri sepupu yang kebetulan memang menetap di Lombok. Banyak sekali cerita tentang keindahan Lombok yang membuat mata kami (aku) berbinar-binar penuh kekaguman. Kakak pun bercerita tentang pulau yang belum banyak dikunjungi tapi tidak kalah cantik dari Gili Trawangan, letaknya ada di Lombok Barat. Aku dan tante pun langsung bilang “Baik kami akan kembali demi pulau itu

Kami mengambil perjalanan seharian penuh dengan menyewa mobil sekaligus pengemudinya, bapaknya amat baik dan sudah sering membawa wisatawan berkeliling Lombok jadi punya banyak bercerita dan sudah sangat hapal jalan. Saat perjalanan menuju Kuta Mandalika, aku nyeletuk “Pak, gili disini banyak ya?

Si bapak menjawab dengan penuh semangat “Oh iya, ada banyak gili sebenarnya di Lombok ini. Gili yang lain agak sepi sih karena memang kalah tenar dari Gili Trawangan, tapi kalau ke sana lebih seru karena berasa seperti pulau pribadi

Wah, sayang sekali hari ini pulang, seharusnya kemarin kesana ya” sesalku

Bapak menyahut dengan yakin “Mau kesana? Ayo saya antar, dekat kok, saya pastikan sempat, tenang saja. Dijamin tidak akan menyesal kalau sudah sampai sana

Rupanya tidak butuh banyak kata untuk menggoyahkan si tukang jalan mengubah haluannya “Serius pak? Boleh lah kita ke sana, sempatkan?

Iya sempat, masih banyak waktu” sahutnya yakin

Setelah dari Desa Sade, kami langsung saja meluncur ke Lombok Barat. Ternyata cukup jauh sekitar dua jam dengan jalan yang berkelok-kelok, aku sih happy aja karena sudah membayangkan snorkeling puas tanpa banyak manusia, hehe

Pelabuhan Tawun adalah gerbang menuju gili yang akan kami kunjungi, setelah tawar menawar dengan kapten kapal akhirnya kami berlayar sekitar pukul 13.30 wita, walaupun sebelumnya ada sedikit drama, kakakku mabok darat dan sempat tidak mau ikut menyeberang tapi akhirnya goyah juga kok, lha iya udah jauh-jauh datang mana mau ditinggal di pelabuhan. Btw, sistem sewa kapal dengan waktu sepuasnya, include dengan tiket masuk setiap pulau, pelampung, snorkel, dan dokumentasi dengan gopro serta dua pemandu yaitu kapten dan boatman. Kemarin kami dapat kapalnya ukuran sedang, mungkin cukup sekitar 8-10 orang.

Sekitar perairan pelabuhan menuju gili banyak bambu yang menyerupai rumah mengapung, kupikir itu keramba ikan seperti di sungai ternyata perangkap untuk ikan teri. Kira-kira sepuluh menitan kami berlayar untuk tiba di gili yang pertama yaitu Gili Sudak. Pulau ini biasanya tujuan paling akhir untuk beristirahat dan menikmati sunset, tapi berhubung kami belum makan siang jadinya kami makan dulu disini. Seperti biasanya restoran di pulau cenderung mahal jadilah kami memesan dua menu ikan dan satu sayur untuk makan siang bertiga, hiks

Gili yang kedua adalah Gili Kedis, pulau kecil dengan hamparan pasir putih yang ditumbuhi beberapa pohon. Gili ini sangat cocok sekali untuk menambah koleksi foto karena setiap sisi menyuguhkan view yang berbeda. Sekitar pulau juga bisa snorkeling kalau pergi lebih pagi tapi berhubung kami harus menghemat waktu untuk mengejar kapal penyeberangan jadi snorkeling hanya sekali saja di gili yang terakhir.

Gili Kedis nan mempesona

Gili Nanggu menjadi tujuan terakhir, gili ini hanya sekitar sepuluh menit dari Gili Kedis. Gili ini nampak paling besar dari gili yang sebelumnya dan dilengkapi dengan tempat bilas serta penginapan. Semakin dekat perahu dengan pantai, semakin nampak ikan warna-warni hilir mudik dengan panorama karang yang berwarna juga, wah tidak sabar nyebur!

Gili Nanggu yang rindang

Aku selalu menjadi yang pertama nyemplung karena paling awal dibawa kapten ke tengah laut maka dokumentasiku lah yang paling banyak, haha. Dengan berbekal biskuit dalam botol kemasan, ikan-ikan ramai mendatangiku tanpa sungkan, bahkan aku juga menemukan ikan nemo dan bintang laut disini. Walaupun bebas bergerak tapi hati-hati, air yang dangkal ada bulu babi, awas keinjak atau tersenggol.

Di sini pertama kalinya aku snorkeling berani melepas life jacket alias pelampung, ternyata loh gais ngapung dan ringan euy, ahahhaha dasar aku tuh norak. Setiap agak jauh berenang, aku tanya kapten “Ini dalamnya berapa meter?

Dua meteran lah disini” sahutnya enteng

Ah dangkal” aku makin sana sini gak tau diri, pas rada agak banyak ikan, aku tanya lagi “kalau disini berapa meter?

Disitu cuma empat atau lima meteran lah” jawabnya santai

Hah, lima meter? Pelampung mana? Pelampung mana? Sini lempar pelampungku” aku panik, cemennya kambuh, walaupun sudah diyakinkan aman karena ombak lagi tenang dan juga dijagain tetap panik berasa lagi di tengah samudera luas, aku tetap ngotot meminta pelampung. Emang paling enak snorkeling pake pelampung gak capek, hehe alibi padahal emang anaknya cemen.

Ikan tidak sungkan datang

Berhubung hari ini harus kembali ke Bali dan belum memesan tiketpun, akhirnya kami memutuskan kembali ke pelabuhan sebelum matahari terbenam karena khawatir tidak dapat kapal. Jarak Gili Nanggu ke pelabuhan tidak terlalu jauh hanya sekitar 15 menitan. Kami sengaja pulang tanpa bilas karena ingin mandi sekalian dengan air tawar di pelabuhan eh ternyata airnya payau sedikit asin, kok tau? Lha aku sambil icipin kok airnya sambil keramasan.

Perjalanan menjelajahi Lombok hari itu berakhir dengan menaiki kapal KMP Mulyati pukul 23.30 wita dari Pelabuhan Lembar, kami masuk paling awal mencari tempat strategis untuk tidur, karena lelah bermain di laut seharian hanya sekitar 5 menit meletakan kepala di atas tas berisi baju, aku langsung tertidur lelap. Pagi pukul 06.00 wita aku sudah terbangun, merasa kapal bergoyang-goyang mengikuti ombak karena penasaran lalu aku keluar, ternyata kapal memang tidak jalan, menunggu antrian masuk dermaga kebetulan dermaga hanya ada satu saja, yang lain sedang rusak, jadilah kami menghabiskan waktu 9 jam berlayar di lautan malam itu. Lelah? Gak lah, malah aku punya tabungan cerita :)

Panorama Gili Nanggu


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Budget Liburan ke Bangkok, Thailand

Serunya masuk dalam novel Laskar Pelangi di Belitung Timur

Parasit pada Ikan yang Mirip tapi Tidak Kembar (Zoothamnium, Epistylis dan Vorticella)