FLORES, YOU ROCK!!
Perjalanan panjang mengantarkan
kami menginjakan kaki di Flores, tepatnya Labuan Bajo. Siapa yang tidak kenal
dengan pulau tersebut, 3 tahunan ini pulau tersebut mendadak populer sejak
Taman Nasional Komodo menjadi The New 7
Wonders of Nature. Pada 29 November lalu, kami terbang dari Banjarmasin
menuju Labuan Bajo, karena sekarang serba canggih yah jadi aku pun hanya
berbekal sebuah aplikasi (maaf yak gak sebut merk nanti dikira endorse) dengan mudah pesan hotel di
tempat asing sebelumnya. Aku memilih hotel yang dekat pelabuhan dengan
fasilitas lengkap yaitu free wifi (wajib lah ya), antar-jemput bandara, sarapan
plus harga murah (duh, traveler kere,
wkwk). Pilihanku tidak salah, kami benar-benar dijemput di bandara kemudian
dilayani dengan baik padahal hotel tersebut cukup murah tapi fasilitasnya
yahud. Kamar dengan double bed serta kipas angin cukup untuk numpang tidur
semalam. Setibanya di Labuan Bajo, kami masuk keluar toko maupun mini market
dekat hotel, iseng cuma mau membandingkan harga dengan Kalimantan, ternyata
harga sembako di Labuan Bajo kurang lebih sama kok kayak di Banjarmasin,
fuiiihhh selamat (maklum uang di ATM pas-pasan, haha).
Besoknya kami menuju hotel yang
sudah di-booking oleh trip organizer, rupanya jarak hotel kami
menuju hotel yang baru hanya 950 meter dan bisa ditempuh dengan berjalan kaki
sekitar 15 menit, demi menjaga kestabilan keuangan yaa aku mengajak kakakku
jalan kaki aja walaupun diiringin dengan keluhannya sepanjang jalan. Malamnya
kami bertemu rombongan untuk makan malam bersama, malam itu ditutup dengan
obrolan perkenalan ditemani ikan bakar segar di Kampung Ujung.
Paginya pertualangan kami
dimulai, baru berlayar beberapa meter kami semua sudah disungguhi pemandangan
indah, tidur di kabin bagian atas sambil memandangi laut berlatarkan pulau
berbukit-bukit di depan mata merupakan kegiatan menyenangkan selama di kapal.
Setelah sekitar 45 menit berlayar, kami tiba di pulau pertama yaitu Pulau
Kelor. Kami disambut dengan Pantai berpasir putih dan gradasi air laut yang
menyegarkan mata. Eh, setelah terkagum-kagum ternyata kami belum tiba di lokasi
utama, kami harus mendaki bukit dengan ketinggian 42 meter dan kemiringan
sekitar 60 derajat, jujur aja aku sih agak stress takut gak kuat, terakhir
mendaki matang kaladan aja nafas mau putus gegara sudah lama gak pernah
mendaki. Namun rupanya itu hanya kekhawatiran yang tak terarah, aku mampu
mendaki ke puncaknya dengan selamat. Dan dari puncak, ternyata view-nya lebih bagus, pantai berpasir
dengan gradasi air laut hijau-biru dan berlatarkan bukit-bukit pulau lain.
Spot foto terbaik di Pulau Kelor |
Setelah puas berfoto ria, kami
berpindah menuju pulau lain yang dekat dengan Pulau Kelor dengan waktu tempuh
hanya 15 menit saja. Dermaganya adalah spot terbaik untuk berfoto. Selanjutnya
kami menuju Pulau Rinca yang ditempuh sekitar 2 jam, habitat asli si kadal
raksasa alias Komodo alias Varanus
komodoensis. Disini kita akan dipandu oleh ranger dan akan diberikan 3
pilihan track, yaitu short, medium dan long. Kami memilih yang short
track, biasanya wisatawan Indonesia memilih yang short karena yang medium
dan long kurang lebih track-nya sama hanya lebih panjang
karena melewati hutan. Saat itu kami sangat beruntung, Komodo muda sudah
menunggu di depan dan seketika para pengunjung bergerombol mengelilingi si
Komodo tapi sekali Komodonya bergerak langsung bubar mengekor rangernya
masing-masing, haha. Beberapa meter dari sana, ternyata ada 4 Komodo lagi
berhimpun di kolong rumah seakan siap menyambut tamu, kali ini Komodonya lebih
besar dari yang pertama. Ini pertama kalinya aku melihat wisatawan antri
berfoto di samping kolong rumah, Komodo memang jadi magnet tersendiri ya.
Setelah semua dapat giliran foto bareng Komodo (dengan jarak yang aman dan didampingi
ranger tentunya) kami melanjutkan perjalanan dengan mendaki bukit. Aktivitas di
atas bukit tidak banyak hanya berfoto-foto saja dengan pemandangan bukit
bersavana. Setelah menuruni bukit dan melanjutkan perjalanan, kami bertemu Komodo
yang muncul dari semak-semak, kata ranger saat itu kami beruntung karena
jarang-jarang komodo muncul dari hutan, wuih kami bangga menjadi pengunjung
yang beruntung di hari itu.
Setelah keluar dari Pulau Rinca,
keberuntungan agaknya mulai menjauh, hari mulai gelap nampaknya akan turun
hujan sehingga kami tidak dapat mengunjungi Pulau Kalong tapi guide kami yang
baik hati menggantinya dengan Pulau Kambing, iya Pulau Kambing, pulau tersebut
tempat warga di Pulau Rinca melepas kambing-kambing peliharaannya, jika kambing
berkeliaran di Pulau Rinca yaa jelas dimangsa sama si Komodo. Sampai dipuncak
bukit Pulau Kambing, benar saja kami melihat dua ekor kambing berlarian, yaa
memang dasar Pulau Kambing. Pulau ini merupakan pilihan alternatif untuk menikmati
matahari tenggelam, laut pun menjadi jingga nan indah.
![]() |
Menanti sunset di Pulau Kambing |
Esok harinya kami berlayar menuju
Pulau Padar, sekitar 2 jam dari Teluk Rinca. Mendung membayangi perjalanan
kami, untungnya tiba di Pulau Padar hujannya agak reda. Kali ini kami harus
mendaki (lagi), bedanya di pulau ini sudah dibuatkan tangga sampai ke puncak,
tapi entah kenapa ya aku malah merasa lebih melelahkan mendaki dibantu tangga
daripada mendaki biasa. Selanjutnya kami berpindah ke Pink Beach karena
pengunjung sudah mulai ramai. Kurang lebih 45 menit kami tiba di Pink Beach,
pantai ini benar-benar pink dengan pasir yang sangat lembut seperti bolu yang
kelebihan telur, aku saja hampir jatuh karena terlalu bersemangat turun dari speedboat, snorkeling aktivitas yang
seru disini melihat karang dan ikan-ikan warna-warni, ahh berlama-lama disengat
matahari pun tidak kerasa di pantai ini. Selanjutnya 45 menit dari Pink Beach
kami berlayar ke Taka Makasar, ada Pulau Gosong yaitu pulau pasir timbul yang
muncul saat air surut. Karena disana sangat ramai, kami memilih bergegas
berburu manta, kalau sebelumnya di Derawan aku tidak berjumpa dengan Manta,
disini kami berkali-kali ketemu manta besar berenang, tapi berhubung ombak
sedang besar, ya aku sih tau diri saja karena tidak bisa berenang jadi gak
berani nyemplung menyapa si manta. Hiks
Pesona Pulau Padar yang memikat |
Pink Beach yang menawan |
Sorenya kami bergerak ke Gili
Lawa, rencana sih menikmati sunset
tapi apaan mataharinya aja sembunyi dibalik awan abu-abu, baiklah kali itu adalah
sunset ala-ala. Haha. Duduk di bukit
Gili Lawa sambil mengamati laut juga seru sih, sambil melihat beberapa hewan
laut yang nampaknya “pulang”. Sebelum kembali ke kapal, kami ditunjukkan lokasi
treking besok pagi untuk melihat sunrise, duh aku langsung pesimis karena
tiada hari tanpa mendaki jadi tidak yakin kaki mampu menaklukan bukit tinggi di
hadapanku. Rupanya semangat menikmati sunrise
mengalahkan lelah, 30 menit mendaki kami tiba di puncak dan sempat memandangi
matahari yang baru muncul dari ufuk Timur, pemandangan
dari atas Bukit Gili Lawa emang cantik sampai berkali-kali kami berhenti untuk
sekedar berfoto saat menuruni bukit melalui jalur lain.
Selanjutnya tempat terakhir adalah Pulau Kanawa, di pulau ini dipungut
biaya Rp. 100.000 perkapal. Aktivitas snorkeling dan memberi makan ikan seru
juga disini, gosong-gosongan di pantai juga asik. Kalau tidak mau
berbasah-basah, kita bisa jajan di cafe sambil bergosong-gosong ria di pantai
juga asik. Tanpa terasa kami harus segera pulang, kira-kira sekitar 1 jam kami
tiba di pelabuhan, dan dari pelabuhan ke bandara hanya memakan waktu 15 menit.
Perjalanan panjang selama di Labuan Bajo ditutup dengan drama hampir ditinggal
pesawat hari itu, haha ini adalah pengalaman kedua kalinya setelah dari
Surabaya kali lalu.
![]() |
Foto ala-ala ASEAN di Gili Lawa Darat |
Mimpiku mendatangi Flores memang
tidak salah, disana tiada hentinya disuguhi pemandangan nan cantik dari pulau
maupun lautnya. Oh Indonesia, selalu punya alasan untuk dikagumi. Indonesia
memang selalu tidak pernah gagal untuk memberiku kejutan. Dan FLORES, YOU
ROCK!! Tiada hari tanpa mendaki di pulau-mu itu.
Komentar